Berita Kompas
Pesta Danau Toba Harus Lestarikan Tradisi Batak
Budayawan asal Tapanuli, Thompson Hutasoit, mengatakan,
penyelenggaraan Pesta Danau Toba di Sumatera Utara harus mampu
memperlihatkan kekayaan nilai budaya dan menghidupkan kembali berbagai
tradisi Batak yang dewasa ini mulai terlupakan. "Selain menjadi ajang
promosi pariwisata, Pesta Danau Toba yang akan digelar pada 27-30
Desember 2011 tersebut diharapkan mampu melestarikan budaya dan tradisi
Batak yang semakin terlupakan," katanya di Balige, Jumat (9/12/2011).
Direktur
Artistik Pelatihan Opera Batak itu menilai, perhelatan akbar Pesta
Danau Toba belum bisa dikategorikan sebagai paket menarik bagi dunia
luar karena pengelolaannya tidak ditangani secara profesional.
Dengan
demikian, kata Thompson, potensi yang dimiliki danau terluas di
Indonesia itu belum berkembang secara optimal. Padahal, industri
pariwisata bisa menjadi sektor andalan yang mampu menarik wisatawan
lokal dan turis mancanegara.
Menurut Thompson, komunikasi yang
dijalin panitia dengan masyarakat sekitar Danau Toba sangat minim.
Bahkan, keterlibatan seniman lokal dinilai masih belum maksimal sehingga
semakin menjauhkan harapan dari pelaksanaan Pesta Danau Toba itu
sendiri.
Seharusnya kegiatan Pesta Danau Toba tersebut dapat
memberikan ruang bagi para seniman dan budayawan untuk mengapresiasikan
atraksi budaya sebagai pintu masuk bagi kemajuan industri pariwisata
melalui kerja sama yang terbangun antara panitia pelaksana dan segenap
pemangku kepentingan lainnya. "Pelaksanaan Pesta Danau Toba jangan
sebatas seremonial belaka, tetapi harus bisa memberikan dampak positif
terhadap kemajuan dan pembangunan kawasan Danau Toba itu sendiri,"
katanya.
Ia menambahkan, pengelolaannya jangan asal diberikan
kepada orang yang merasa menguasai kegiatan Pesta Danau Toba tersebut,
tetapi hendaknya lembaga atau partai yang concern dengan isu lingkungan hidup, terutama Danau Toba.
Pengamat
budaya lainnya, Sahal Simanjuntak dari Balige, menyebutkan, keandalan
para pengelola Pesta Danau Toba dituntut secara maksimal dalam
mengembangkan potensi danau vulkanik sepanjang 100 kilometer dan lebar
30 kilometer yang merupakan danau terbesar di Indonesia, bahkan di Asia
Tenggara itu.
Potensi kesenian lokal berpeluang besar mengangkat
citra Danau Toba untuk promosi internasional sehingga perhelatan besar
itu tidak dikategorikan sebagai pesta bertaraf kampung.
Menurut
Simanjuntak, bukan hanya para seniman dan budayawan yang tidak puas
dengan pihak pengelola Pesta Danau Toba dan Pemprov Sumut, melainkan
sejumlah birokrat juga merasakan hal serupa. Sebab, seyogianya pesta
rakyat itu harus mampu menghidupkan kembali berbagai tradisi Batak yang
hampir terlupakan. "Potensi Danau Toba sebenarnya luar biasa, tetapi
industri pariwisata sudah lama terpuruk sejak krisis tahun 1997,"
katanya.
Editor | : I Made Asdhiana |